Moonbeam Ciptakan Teknologi Virtual

Moonbeam Ciptakan Teknologi Virtual

Moonbeam, startup asal Seattle, Amerika Serikat menciptakan sebuah inovasi teknologi yang memfasilitasi perusahaan yang ingin menjalin kemitraan tanpa harus repot-repot berpartisipasi dalam pusat inovasi startup lokal atau menghadiri berbagai konferensi. Untuk lebih efisien, Moonbeam di sini berperan sebagai mak comblang perusahaan dan memfasilitasi pertemuan virtual antara mitra potensial yang baru berkenalan.

Moonbeam Exchange adalah database dari 2 juta perusahaan ysang dikembangkan dalam kemitraan dengan Ratio Innovation Management yang berbasis di California dan sedang digunakan oleh para startup, laboratorium inovasi perusahaan dan dewan pengembangan ekonomi, kata Desai. Portland TechfestNW, yang ditunda dari bulan April hingga Agustus, akan menggunakan Moonbeam Exchange untuk menggerakkan trek Reverse Pitch-nya. Moonbeam Exchange juga mencakup semua bisnis yang telah menerima dana untuk proyek-proyek pemerintah, ditambah perusahaan “teknologi dalam” yang berfokus pada inovasi. Untuk biaya, perusahaan dapat mencari database yang paling cocok untuk proyek mereka.

Bisnis kemudian dapat terhubung melalui Engage, seperangkat alat Moonbeam untuk konferensi bisnis yang dirancang untuk pengintai teknologi perusahaan, pengusaha, dan pemimpin inovasi. Engage menggabungkan realitas virtual, pengenalan suara, dan pembuatan catatan AI untuk memfasilitasi pemikiran desain, nada, negosiasi, dan perencanaan model bisnis. Moonbeam saat ini merekrut mitra untuk rilis alpha dari Engage. “Kami menggunakan data untuk menghubungkan inovasi dengan penawaran dan permintaan. Kami menggunakan VR dan next generation interfaces untuk memfasilitasi pemikiran desain jarak jauh, ” kata CEO Moonbeam Nirav S. Desai. “Kami menanamkan AI di seluruh rangkaian alat, membantu memandu dan memfasilitasi tindakan kelompok dan pengguna yang intuitif, memungkinkan kolaborasi yang produktif dan kreatif di seluruh dunia.”
Startup dengan lima orang ini diluncurkan pada Juli 2019.

Sumber:
geekwire.com

Facebook dukung Indonesia

Facebook dukung Indonesia

Facebook dukung Indonesia untuk internet yang lebih cepat Menurut sumber, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 100 negara untuk jumlah penggunaan internet yang mencapai 66% rumah tangga. Angka tersebut melebihi angka rata-rata penggunaan internet di Asia yang hanya 60%. Namun, banyaknya penggunaan internet di indonsia tidak berbanding lurus dengan kecepatan internetnya. Diketahui kecepatan internet di Indonesia masih terbilang lambat dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, banyak masyarakat Indonesia yang belum juga terjangkau internet. Oleh karna itu, Facebook Connectivity beserta beberapa mitra di Indonesia ingin mengembangkan teknologi untuk menyediakan akses internet yang cepat kepada masyarakat luas. Berikut adalah 4 proyeksi yang akan dilakukan Facebook di Indonesia.

Sumber:
inet.detik.com

Perbedaan HOSTING dan DOMAIN

Perbedaan HOSTING dan DOMAIN

Masih bingung dengan istilah hosting dan domain? Untuk memudahkan pemahaman, kita ibaratkan domain sebagai sebuah alamat.  Tiap-tiap komputer yang berhubungan satu sama lain akan memiliki alamat IP (IP Address). Namun, alamat IP yang berbentuk deretan angka sulit untuk dihafalkan. Karenanya, muncul nama domain. Nama domain di Indonesia diatur oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI). Sedangkan, hosting adalah tempat untuk menyimpan data yang ada di website. Jadi, hosting bisa kita ibaratkan sebagai lahan untuk membangun rumah. JIka Anda memiliki nama domain namun tidak memiliki hosting, hal itu tampak seperti Anda memiliki alamat tanpa rumah. Anda dapat menarik pengunjung lewat nama domain, namun pengunjung takkan melihat apapun di sana.

Sumber:
Dewaweb.com
Niagahoster.co.id

Rancang Media Pembelajaran Lebih Menarik dengan Google Tour Creator

Rancang Media Pembelajaran Lebih Menarik dengan Google Tour Creator

Pandemi yang kini belum juga usai, kemungkinan sekolah akan terus dilakukan secara online. Di tengah pandemi seperti ini, Google terus berupaya untuk membantu kegiatan belajar mengajar agar tetap berjalan dengan baik walaupun tidak dengan tatap muka secara langsung.
Akhir-akhir ini Google mengeluarkan produk bernama “Google Tour Creator” yang dibuat untuk merancang media pembelajaran dengan teknologi virtual reality. Google menyediakan banyak templates menarik dan tematik yang mungkin relevan dengan materi pembelajaran guru. Berikut langkah-langkah membuat media pembelajaran di Google Tour Creator:
1.Kungjungi halaman https://arvr.google.com/tourcreator/
2.Klik GET STARTED
3.Pilih salah satu opsi NEW TOUR atau TEMPLATES
4.Rancang pembelajaran yang relevan pada materi Anda
5.Jika sudah selesai, klik PUBLISH
6.Akan muncul opsi UNLISTED dan PUBLIC
7.Pilih PUBLIC agar semua orang bisa mengaksesnya, kemudian klik PUBLISH

Sumber:
Liputan6.com

Potensi Pemanfaatan Artificial Intelligence di Tengah Pandemi

Potensi Pemanfaatan Artificial Intelligence di Tengah Pandemi

Di masa pandemi seperti ini, pemanfaatan teknologi semakin digencarkan yang membuat kita sadar akan pentingnya teknologi dalam kehidupan manusia. Meidy Fitranto, CEO dan Co-Founder dari Nodeflux, sebuah startup bidang AI asli Indonesia memaparkan potensi pemanfaatan teknologi AI khususnya di tengah pandemi seperti ini.

Teknologi AI yang mereplikasi kecerdasan kognitif manusia ini memiliki tujuan utama untuk membantu berbagai pekerjaan manusia dalam masalah-masalah seperti ketahanan dan jarak pandang. Dengan teknologi AI ini dapat memperluas jangkauan waktu dan ruang guna membantu manusia dalam suatu konteks sistem.
Permintaan pasar akan teknologi AI juga diprediksi akan terus meningkat. Mengingat banyak aspek kehidupan manusia yang juga melibatkan teknologi, tak terkecuali AI, seperti aspek hiburan pada netflix, instagram dan sampai ekonomi seperti e-commere membuatnya semakin jelas.

Di masa sekarang di mana Indonesia sedang menerapkan new normal, orang-orang harus tetap beraktivitas sesuai dengan protokol kesehatan berdampingan dengan ancaman virus covid-19. Dalam fase ini, ternyata teknologi Ai juga berperan penting yaitu dalam upaya pengawasan praktik disiplin yang lebih efektif dan efisien.
Relevansi dan keaneka ragaman data juga dapat berpengaruh terhadap kinerja teknologi. “Nah, itu dia salah satu hal yang masih perlu diimprovisasi oleh negara kita” ucapnya.

Sumber:
Idntimes.com

Keraton Kasepuhan Cirebon meluncurkan Aplikasi GWIDO

Keraton Kasepuhan Cirebon meluncurkan Aplikasi GWIDO

Cirebon – Keraton Kasepuhan Cirebon resmi meluncurkan aplikasi berwisata yang disebut GWIDO. Aplikasi ini merupakan inovasi digital untuk berwisata di Kasultanan Kasepuhan Cirebon dengan teknologi Augmented Reality.

Sehingga para pengunjung keraton baik dari dalam maupun luar negeri, tidak akan kesulitan mengakses informasi mengenai keratin Kasepuhan Cirebon. Hanya dengan mengunduh aplikasi di Play Store melalui smartphone, kemudian dapat men-scan objek tertentu sehingga muncul informasi detailnya.

Aplikasi GWIDO dalam bahasa Polandia berarti pemimpin ini, dapat pula diartikan refleksi dari kata Guide yang berarti panduan atau memandu. Sehingga semakin memudahkan pengguna dalam mengakses wisata sejarah khususnya Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat dalam keterangan persnya, Minggu (01/03/2020), mengaku, tidak ingin ketinggalan dengan kemajuan jaman yang kini serba digital. Karena itu, pihak keraton berkolaborasi dengan CV Akses Digital meluncurkan GWIDO yang dapat diakses menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Selengkapnya :

https://kumparan.com/ciremaitoday/keraton-kasepuhan-cirebon-luncurkan-aplikasi-gwido-1swQfgz7cOI

 

Unik! Adzan 7 Muadzin Berkumandang di Masjid Sang Cipta Rasa

Unik! Adzan 7 Muadzin Berkumandang di Masjid Sang Cipta Rasa

Dulu, Sunan Gunung Jati melakukan sebagian besar aktivitasnya di Masjid Agung Cipta Rasa. Oleh karena itu, masjd tersebut adalah bangunan sentral kedua setelah bangunan keraton itu sendiri dan tempat pusat untuk beragama. Uniknya, terdapat tradisi di mana adzan di sini dikumandangkan oleh tujuh orang muadzin. Tradisi tersebut dilakukan secara rutin setiap kegiatan shalat Jumat. Angka tujuh di sini melambangkan tujuh hari dalam satu pekan. Disebut-sebut tradisi ini juga merupakan muadzin terbanyak di dunia. Demi ketetapan waktu dan materi, khutbah disampaikan dalam bahasa Arab.

Asal mula Keraton Kasepuhan

Asal mula Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan merupakan salah satu bukti peninggalan walisanga di Cirebon, ialah Syech Syarif Hidayatullah atau yang biasa kita kenal sebagai Sunan Gunung Jati. Namun, awalnya Keraton ini bukan diberi nama Kasepuhan, melainkan keraton Pakungwati. Nama ‘Pakungwati’ diambil dari nama putri pangeran Cakrabuwana (mahkota kerajaan Pajajaran) yang bernama lengkap Ratu Ayu Pakungwati. Keraton ini dibangun oleh Pangeran Cakrabuwana pada kurang lebih tahun 1430 yang kemudian diserahkan kepada putrinya. Ratu Ayu Pakungwati kemudian menikah dengn saudara sepupunya, ialah Sunan Gunung Jati. Kemudian Sunan Gunung Jati dinobatkan sebagai pimpinan atau kepala negara di Cirebon dan bersemayam di Keraton Pakungwati. Semenjak itu, Cirebon merupakan pusat perkembangan agama Islam di Jawa dengan adanya Walisanga yang dipimpin Sunan Gunung Jati dan peninggalan-peninggalannya, diantaranya Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Pada tahun +/- 1679 didirikan Keraton Kanoman oleh Sultan Anom I (Sultan Badridin). Maka semenjak itu, keraton Pakungwati disebut Keraton Kasepuhan hingga sekarang dan sultannya bergelar Sultan Sepuh. Kasepuhan artinya tempat sepuh atau tua. Jadi antara Kasepuhan dan Kanoman itu awalnya yang tua dan yang muda (kakak beradik).

Prabu Siliwangi di dalam museum Keraton Kasepuhan

Prabu Siliwangi di dalam museum Keraton Kasepuhan

Bagi Anda yang sudah berkunjung ke museum Keraton Kasepuhan, Anda pasti pernah melihat lukisan potret Prabu Siliwangi. Lukisan tersebut merupakan hadiah dari seorang pelukis yang bernama Ridho pada tahun 2004. Menggunakan warna dominan cokelat dan putih, lukisan ini sempat viral pada masanya. Salah satu hal yang menarik adalah dari segi teknik melukisnya. Teknik ini membuat lukisannya pada bagian mata dan kakinya seolah-olah mengikuti pengunjung kemanapun arahnya. Menarik bukan?

Seperti yang kita ketahui, Prabu Siliwangi adalah kakek dari Sunan Gunung Jati. Ia memimpin kerajaan Pakuan Pajajaran pada tahun 1482-1521 M. Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti Batutulis yang dibuat oleh Prabu Surawasesa yang merupakan putranya dari Mayang Sunda.

Selama masa hidupnya Prabu Siliwangi memiliki banyak julukan, seperti Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pajajaran, Sri Sang Ratu Dewata atau Ratu Jayadewata (Danasasmita, 2003, hal 40, 2014, hal 41). Setelah beliau wafat, gelar lainnya yaitu Prabu Guru Dewataprana dan Prabu Ratu (Suryani, 2009).

Selain Mayang Sunda, Prabu Siliwangi juga menikahi seorang wanita bernama Subanglarang yang kemudian memiliki dua keturunan yaitu pangeran Cakrabuana dan Larasantang. Suatu ketika Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang) dan Larasantang memutuskan untuk masuk agama Islam dan pergi ke Mekkah untuk berhaji. Di sana Larasantang bertemu dengan Syarif Abdullah (dari Mesir dan keturunan Hasyim) yang nantinya mereka menikah. Pada tahun 1448 M, mereka dikaruniai keturunan yang dinamai Syarif Hidayatullah.